Ketika itu matahari tak terlalu terik, awan pun tak mengandung warna mendung. Dari bawah jembatan, sekelompok anak muda tampak menyiapkan seperangkat alat musik dari bambu. Sesekali kumpulan bambu itu dipukul untuk mengisi kekosongan waktu sambil melakukan pemanasan. Seorang dari mereka beberapa kali mereka menyisir rambutnya agar tetap klimis. Maklum, mereka mau ngamen, tampilannya harus tetap menarik demi memikat penontonnya nanti. Seketika seorang tukang becak menghampiri mereka dan mulai mengangkat semua alat musik tadi dan mendudukkannya dalam kursi becak. Penuh memang, bahkan tak cukup lagi untuk diduduki satu orang pun. Si klimis mulai berinisiatif memanggil 2 becak untuk mengangkut mereka. Ya, seperti itulah keseharian mereka. Mengumpulkan semangat sambil bersantai sebelum bekerja. Pada saat bulan puasa musik ini dipakai untuk membangunkan pada saat sahur dan biasanya dimainkan oleh 30 orang. Pada hari biasa musik ini sering dimainkan pada saat ronda. Pun saat acara kebudayaan, angklung selalu dimainkan.

Sebuah kardus kosong mereka tempatkan di atas sebuah kursi plastik. Seribu, dua ribu, tak jarang sepuluh ribu rupiah kardus itu mulai terisi. Satu per satu lagu mulai mereka mainkan. Sesekali  mereka bernyanyi bersama-sama. Pengendara mobil dan motor yang melintasi mereka pun menyempatkan untuk melirik, bahkan berhenti sejenak untuk sekedar menikmati sesaat. Pejalan kaki yang melintasi pun tak bisa melewatkan pesona mereka. Dalam setiap penampilan, mereka selalu ditonton layaknya sedang konser. Tak jarang, saking asiknya menikmati, seorang penonton ikut hanyut dalam alunan musik bambu ini dan bergoyang sambil bernayanyi.

Memainkan angklung di sudut perkotaan yang padat, penuh, sesak, bukan tanpa hambatan, tak jarang aparat berseragam mengusir bahkan menangkap para penggiat seni ini dengan alasan mengganggu ketertiban, memang tak jarang jalanan penuh sesak tertarik magnet musik yang terlantunkan oleh bilah-bilah bambu yang amat merdu ini, tapi bukankah ini adalah penawar dari keriuhan dan tekanan yang diberikan oleh penjara termoderenisasi yang disebut perkotaan???