Angklung Reog merupakan sebuah alat musik dari bambu dengan hiasan benang warna merah dan kuning dan lengkungan bambu yang di tata dengan rapi dan indah yang digunakan untuk mengiringi kesenian Reog Ponorogo di Jawa Barat

Sejarah Sunting

Sesepuh reog sumatera bermain angklung.

Angklung Reog merupakan senjata yang juga berfungsi juga sebagai perisai dari militer kerajaan bantarangin untuk menghadapi serangan kerajaan Lodaya yang memiliki banyak militan pada abad ke 9 sebelum berdirinya kerajaan Kediri.

Angklung Reog di bentuk menyerupai pagar bambu dan di beri sebuah jimat berupa untaian benang yang rumbai-rambai untuk mengalahkan musuh dan tidak di ciptakan untuk alat musik, tetapi dari peperangan antara kerajaan bantanrin dan lodaya di menangkan oleh pihak bantarangin, seluruh prajurit sangat senang dengan mengepalkan tangan ke atas tak terkecuali yang membawa senjata gada, cambuk maupun pagar bambu.

Prajurit yang membawa pagar bambu karena begitu gembira, maka di hentakanlah tangan mereka ke langit-langit dengan keras hingga terjadinya kelonggaran pada tali dan menyebabkan benturan antar bambu sehingga menyebakan bunyi klong-klong dan terciptalah alat musik bernama Ongklong namun lebih terkenal dengan nama Angklung.

Saat era raja Majapahit Hayam wuruk hendak menemui calon istrinya di lapangan bubat, tetapi hayam wuruk di halangi pamannya bre wengker yang tidak menyetujui pernikahan tersebut, hingga di kerahkanlah pasukan inti majapahit yang telah menyatukan nusantara berasal dari wengker dengan menggunakan topeng wengker pula untuk menyerang rombongan mempelai perempuan yang sangat banyak, tidak ketinggalan pula senjata angklung ini menyudutkan pihak kerajaan dari mempelai perempuan.

Angklung Reog di Bali pada tahun 1949

Dari sinilah, Angklung menyebar ke tanah sunda yang di bawa oleh kerabat mempelai perempuan yang masih hidup setelah tinggal beberapa saat di kerajaan Majapahit. Sedangkan saat pihak wengker melakukan pemberontakan kepada majapahit, banyak angklung yang di tinggal di kerajaan. Sehingga saat serbuan dari Demak angklung-angklung dan gamelan di bawa ke Bali sehingga mengalami pergesaran dan kerusakan.

Setiba di bali orang majapahit mengalami kesulitan saat merangkai gamelan termasuk Angklung, meski angklung di bali tidak di bentuk sedemikian rupa, tetapi tetap menghasilkan suara dengan cara di pukul layaknya gamelan yang terbuat dari logam, angkung ini berubah nama menjadi Rindik yang berasal dari bahasa jawa kuno yang berarti di tata dengan rapi dengan celah yang sedikit.

Meskipun angklung Reog berhasil dirangkai dan terciptanya alat musik Rindik, Angklung Reog tetap di gunakan untuk keperluan keagamaan dan kesenian hingga era kerajan Bali. Tetapi saat ini sudah tidak di teruskan seniman bali karena tidak mencerminkan keraifan lokal Bali.

Jenis Angklung Reog Sunting

Angklung Reog memiliki ciri khusus, yaitu:

Memiliki pegangan pada ujung angklung yang di gunakan untuk memegang angklung. hal ini dapat menyebabkan satu orang memegang dua angklungPada ujung bambu yang di helai kecil, di beri untaian benang warna merah dan kuning yang indah, pada awalnya benang ini sebagai jimat untuk melumpuhkan musuh apabila terkena.Terdapat lengkungan bambu di setiap atas tabung bambu yang besarMemiliki suara yang keras yang khas sehingga menimbulkan kesan mistis dan getaran spiritual pada hatiHanya memiliki dua nada, besar dan kecil dengan bunyi klong-klong yang besar dan klung-klung yang kecil

Angklung bernada pertama di dunia asal sambit, Ponorogo yang berumur 250 tahun. koleksi museum Sri Baduga bandung.

Karena kegengsian tiap group Reog untuk tidak sama, terkadang angklung ini di buat dengan 3 tabung, 2 tabung, 1 tabung, bahkan hingga 9 tabung, tetapi pakem pada angklung Reog memiliki 3 buah tabung saja.Bentuk angklung menyerupai gapura dan tangga, dari kecil hingga yang tinggi yang memiliki filosofi kehidupan manusia.Angklung Reog telah lama memiliki angklung bernada pertama di dunia berasal dari distrik sambit, salah satu nya yang berumur lebih 250 tahun yang terdiri 15 buah angklung pada satu set gayor dengan 3 buah tabung bambu tiap angklung yang kini menjadi koleksi museum Sri Baduga Bandung diJawa Barat

Cara Memainkan Sunting

Ada beberapa cara memainkan angklung Reog

Cara ini merupakan yang utama ialah dengan memegang ujung bambu pada angklung seperti memegang pistol.memegang leher dan pinggul angklung (seperti memegang kuda kepang), sebagaimana angklung dimainkan namun pada cara ini lebih di hentakan.Seperti cara nomor 2, tetapi di butuhkan gerakan tangan dari kanan ke kiri sehingga menimbulkan suara yang lebih panjang, biasanya untuk penutupan pertunjukan Reog atau potrojayan.

Dalam memainkan angklung tidak boleh sembarangan, harus teratur dan serempak. Angklung bernada tinggi mengikuti bunyi gong sedangkan angklung bernada rendah mengikuti suara kenong, kemudian suara angklung akan di ikuto suara para sengak.

Perkembangan Sunting

Orang korea memainkan angklung Reog dengan cara yang khas

Angklung Reog telah menyebar ke seluruh penjuru nusantara dan dunia karena merupakan satu perangkat dari Reog.

Angklung di malaysia pada awalnya merupakan angklung Reog untuk mengiringi seni barongan, keberadaan angklung Reog ini menarik perhatian kedubes Indonesia untuk memberi pelatihan angklung bernada, tetapi angklung yang di hasilkan yang menggunakan bambu malaysia tidak teratur saat dimainkan, maka di imporlah bibit dari tanah leluhur barongan berasal Ponorogo dan madiun, sejak saat itulah angklung bernada malaysia mulai sama bunyinya dengan angklung bernada di Indonesia, sehingga banyak menerima pesanan dari sekolah-sekolah elit baik malaysia, singapura, thailand dan eropa.

Di luar negeri, angklung Reog dapat di lihat dengan pertunjukan Reog seperti di Korea, Taiwan, Jepang, Jerman, Belanda Swis, inggris, Malaysia, Singapura, Australia, Meksiko, Amerika dan negara lainnya yang belum tercantum.

Selain itu, Bunyi dari Angklung Reog ini di gunakan untuk mengiringi berbagai lagu rekaman juga mengisi film layar lebar sebagai soundtrack seperti film Ratu Ilmu Hitam, Warok Singo Kobra, Suromenggolo, asal usul Reog Ponorogo, terjadinya telaga ngebel, suminten edan dan tendangan dari langit.

0 Komentar